TIDAK berlebihan sepertinya jika Afrika disebut gudangnya pemain berbakat. Alhasil, menentukan tim favorit di Benua Hitam itu pun tidak mudah.
Hal itu bisa dilihat dari setiap perhelatan Piala Afrika. Drama dan kejutan hampir selalu tersaji, termasuk di Piala Afrika 2015.
Keberhasilan Guinea Ekuatorial dan Republik Demokratik Kongo melaju ke final turnamen tersebut bisa menjadi bukti.
Terlepas dari kejadian kontroversial yang mengiringi kesuksesan Guinea Ekuatorial, keberhasilan tuan rumah maju ke babak empat besar turnamen dua tahunan itu layak diacungi jempol.
Guinea Ekuatorial maju ke semifinal setelah menyingkirkan Tunisia 2-1 di babak perempat final. Dalam duel di Estadio de Bata, kemarin, tersebut, Tunisia sempat memimpin lebih dulu lewat gol Ahmed Akaichi (70').
Namun, tuan rumah berhasil menyamakan kedudukan lewat penalti kontroversial yang dieksekusi Javier Balboa (90'). Laga pun harus berlanjut ke babak perpanjangan waktu.
Di babak perpanjangan waktu (102') Balboa kembali mencetak gol dan sekaligus memastikan kemenangan timnya. Selanjutnya mereka akan menghadapi pemenang pertandingan antara Ghana dan Guinea.
�Saya bisa mengerti jika para pemain dan penggemar Tunisia marah dengan kekalahan itu,� tukas arsitek Guinea Ekuatorial, Esteban Becker.
Dalam laga lainnya, RD Kongo juga harus berjibaku untuk mendapatkan tiket ke semifinal.
Saat menghadapi Kongo, RD Kongo sempat tertinggal 0-2 lebih dulu lewat gol Ferebory Dore (55') dan Thievy Bifouma (66'). Namun, RD Kongo mampu bangkit dan berbalik unggul 4-2 lewat gol Dieumerci Mbokani (65', 91'), Jeremy Bokila (75'), dan Joel Kimwaki (81'). Di semifinal, RD Kongo akan menghadapi Pantai Gading atau Aljazair. (AFP/AP/Sat/R-4). Media INdonesia, 2 Februari 2015, Halaman 15