UNTUK mencegah berulangnya aksi bentrokan antar suporter klub sepak bola, Kementerian Pemuda dan Olahraga akan menggelar dialog rutin dengan organisasi suporter yang berlaga di Indonesia Super League (ISL) dan Divisi Utama.
Juru bicara Kemenpora Gatot S Dewa Broto mengatakan, dengan adanya dialog, segala keluhan kelompok suporter bisa segera ditampung sehingga menjadi upaya preventif agar bentrokan antar suporter yang menjadi tren selama satu dekade persepakbolaan Indonesia bisa dihilangkan.
�Kita enggak mau setelah ada kejadian bentrokan baru kita berupaya mendamaikan. Namun, kita coba untuk menjaring aspirasi para suporter ini dengan menggelar pertemuan rutin. Mungkin nanti kita akan undang satu per satu agar bisa diakomodasi apa yang menjadi keluhan,� kata Gatot dalam Diskusi Kamisan Kemenpora bertajuk Harmonisasi Suporter di Kompleks Kemenpora, Jakarta, kemarin.
Direktur Members & Development PSSI Budi Setiawan mengatakan pada 2005 Badan Liga Indonesia (BLI) menerbitkan aturan soal suporter dalam manual liga. Namun, aturan tersebut hanya bertahan selama setahun karena dalam Statuta FIFA tidak diatur mengenai suporter. Meski demikian, FIFA dan PSSI punya kewenangan soal keamanan dan keselamatan pertandingan yang menyangkut suporter.
�Yang perlu diwaspadai justru motivasi atau motif antarsuporter. Apakah itu didasari pada murni pertandingan sepak bola atau ditunggangi orang-orang yang mencari identitas?
Orang-orang ini di Eropa biasa disebut sebagai hooligan atau suporter garis keras,� kata Budi. Anggota Komite Media PSSI Eddy Lahengko menambahkan agar Menpora Imam Nahrawi agar tidak terjebak dengan isu desakan dari Forum Diskusi Suporter Indonesi (FDSI) untuk membekukan PSSI lantaran emosi sesaat.
�Kita harus tahu aturannya bahwa yang berhak membekukan asosiasi sepak bola di sebuah negara ialah FIFA. Jika pemerintah terlalu jauh intervensi PSSI, justru FIFA yang akan membekukan. Jika ini terjadi, PSSI dibekukan, kompetisi akan terhenti. Kompetisi semua jenjang, dari usia muda sampai profesional yang tengah berjalan akan terhenti. Pembinaan usia muda akan mandek. Kasihan anak-anak kita yang ingin menyalurkan bakat mereka akan terhenti,� ujar Eddy. (Gnr/Sat/R-1) Media Indonesia, 12/12/2014, halaman 27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar