Senin, 12 Desember 2016

Lulusan Sarjana Lebih Memilih Berurusan Dengan Sampah Ketimbang Menjadi Pejabat



Berurusan dengan sampah selama ini dianggap sebagai pekerjaan yang tidak diminati banyak orang. Pekerjaan itu diidentikkan dengan pekerja kasar. Tapi, tidak demikian tiga orang ini. Mereka adalah para sarjana yang all-out membersihkan Kota Surabaya.
Laporan: Taufiqurrahman, Surabaya


DENI adalah petugas patroli satgas kebersihan. Tugasnya mulai mengangkut sampah, melakukan perantingan, sampai membersihkan saluran. Wajahnya ramah, tidak sungkan melempar joke meski terlihat lelah setelah seharian bekerja.


Beda lagi Wandik yang kekar, tetapi sedikit pemalu. Setiap hari dia mengemudikan truk kompaktor jumbo. Sementara itu, Dian lebih pendiam. Umurnya masih 22 tahun. Paling muda di antara yang lain.
Deni adalah sarjana pertanian. Namun, dia enggan menceritakan asal kampusnya. �Kampusnya sudah tutup,� katanya. Dia kali pertama mengenal sampah ketika masih menjalani praktik kerja lapangan (PKL) di sebuah depot pengolahan sampah di Kejawan Putih Tambak. Waktu itu dia sedang berlatih pengelolaan sampah kompos.



�Begitu saya buka, blush! Langsung muntah-muntah, seminggu belum sembuh,� kenangnya. Deni membuka cerita dalam perbincangan santai dengan Jawa Pos di kantor DKP Surabaya. Namun, itu dulu. Sekarang Deni sudah kebal dengan bau sampah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar